Sia-sia
Friday, October 2, 2009 @ 7:07 PM
Kemarin malam aku berhasil menyelesaikan resensi buku Rectoverso untuk tugas Bahasa Indonesia hari ini. Ngantuk, capek, dan malas. Ya, biasa lah aku mah emang kayak gitu. Tugas selesai agak terlalu lama karena printer yang bermasalah. Tertidur setelah membaca beberapa bab dari buku Rectoverso itu dan berharap besok resensiku yang paling bagus. Paginya memang serasa ada yang tidak beres, langsung saja login facebook sambil ngantuk-ngantukan. Ngga ada notification yang aneh-aneh, tuh. Tapi seperti biasanya aku selalu cek profile Sunny Soon dan grup cin(T)a. Pertama di profile Sunny ada status baru tentang windows vista, segera beranjak ke grup cin(T)a ternyata ada foto-foto yang baru diupload Sunny tadi subuh. Niat banget ya, bela-belain 02.41 balas message aku. Ngga kebayang kalau aku jadi artis nantinya, membalas ratusan pesan dan siap klik confirm beratus-ratus friend request. Sesaat aku senang, tapi jadi biasa aja lagi. Seperti biasa juga langsung send all temen-temen tapi pada ngga ngebales. Itu ya yang dimaksud beda kemarin?
Makin sepi aja blog aku ini, tapi justru karena sepi aku jadi bisa lebih tenang menumpahkan semua isi hati pada blogku ini. Sudah berapa lama ya? Gembira sesaat, pagi-pagi aku bawa buku Rectoverso ke sekolah untuk bukti resensi. Waktu pelajaran Bahasa tiba, semua tugas dikumpulkan, dipilah, dan dipanggilah sang penulis resensi satu persatu. Setiap panggilan itu bisa berisi panggilan mengambil resensinya yang berarti harus diulang, atau panggilan karena resensinya diterima. Alhamdulillah aku termasuk bagian yang kedua. Hanya ada 11 orang yang berada pada kategori itu, padahal sebelumnya aku sudah putus asa. Satu persatu dipanggil kembali mereka yang terpilih untuk membacakan resensinya. Aku dapat giliran ke 5, orang-orang menyambut dengan hangat. Sebelum aku membacakan 1 paragraf lagi, mereka sudah menepukkan tangan untukku. Aku jadi dapat bagian tepuk tangan 2 kali lipat, hahaha. Sejak dulu aku memang sudah bercita-cita menjadi seorang penulis, akankah?
Pulangnya, aku seakan-akan ingin menyampaikan kebahagiaanku lagi pada teman-teman. Merobek kertas oleh-oleh untuk mereka makan, senang. Diakhir latihan pramuka, pembinaku datang dan bercerita banyak hal untuk menjadi pengalaman selanjutnya. Pulang ke rumah miris lagi, semua orang seperti tuli tidak mendengar perkataanku.
Keegoisanku seperti tanaman eceng gondok yang setiap hari kulewati, yang semakin hari semakin garang pertumbuhannya karena ditentang